Amarulloh (18) tidak menyangka adik kembarnya, Amirulloh Adityas Putra (18), menemui ajal dengan cara mengenaskan.
Amirullah tewas setelah mendapat tindak kekerasan dari lima seniornya.
Dikatakan Amarulloh, sebelum sang adik tewas pada Rabu (11/1) dini hari, malam harinya yaitu Selasa (10/1) ia sempat memandangi foto adiknya saat berseragam lengkap.
"Ketemu sama dia (Amirulloh) itu di hari Minggu (8/1) lalu ya. Di situ, saya sama dia ngobrol-ngobrol terkait asramanya. Nah, Selasa malam sebelum saya tidur, sesaat saya pandangi foto adik saya terus.
Foto itu dia pakai seragam lengkap," ujar Amarulloh saat ditemui di rumahnya di Jalan Warakas III gang 16 RT 007/014 Kelurahan Warakas, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
"Itu Selasa malam, sebelum dia tewas. Nah jam 03.00 WIB dini hari saya mendapat kabar dari pihak STIP, kalau Amir sudah.. yah.. begitu lah," papar Amarulloh.
Seperti dilansir dari wartakota, seorang Taruna tingkat I di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP), Amirulloh Adityas Putra (18), tewas akibat mendapat tindak kekerasan dari sejumlah seniornya sendiri di Lantai II Gedung Dormitory Ring 4 Kamar M205 Jalan Marunda Makmur, Cilincing, Jakarta Utara, Selasa (10/1).
Amirulloh yang warga Jalan Warakas III Gang 16 RT 007/014 Kelurahan Warakas, Tanjung Priok, Jakarta Utara, itu dipukul di bagian dada, perut hingga ulu hati sampai tewas oleh senior di tingkat II.
Memar di perut
Saat bertemu sang adik, Amarulloh sempat mendapati perut adiknya memar ketika sang adik membuka baju.
"Sebelum kejadian ini, sempat saya melihat secara enggak sengaja perut dan dadanya (Amirulloh) memar dan seperti biru lebam gitu. Langsung saya tanya 'Itu kenapa kayak begitu'.
Dia jawab, 'Kalau mau ngambil organisasinya drum band ya harus begini' kata dia ke saya," kata Amarulloh.
"Saya kasihan melihat dia sebenarnya. Dia itu orangnya pendiam," ujar pria yang saat ini bersekolah di Akademi Maritim Indonesia (AMI).
Amarulloh mengaku shock. Menurut dia, sang adik sempat menceritakan kekesalannya terhadap salah satu seniornya yang berinisial I (Iswanto) yang kini sudah menjadi tersangka.
"Dia pernah cerita, katanya kesal sama seniornya yang berinisial I (Iswanto) dan sudah menjadi tersangka. Adik saya ini memang sering diisengin dan mendapat perlakuan tidak baik dari si I," ungkapnya.
Jenazah Amirulloh disalatkan di Mushola Baburahim yang lokasinya tepat di sebelah rumahnya sebelum dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Budhi Dharma Semper, Cilincing.
Di lokasi sejumlah taruna dari STIP nampak berdiri tegak dan bersiap untuk membawa jenazah ke TPU.
Kakak kembar Amirulloh, Amarullah, tampak memeluk keranda jenazah adiknya saat berada di mobil jenazah.
Amarullah begitu terpukul kehilangan saudara kembarnya.
Tak sedikit, tetangga menangis histeris akan kepergian Amirulloh. Bahkan teman-teman terdekat Amirulloh dari STIP turut serta hadir di rumah duka.
Beberapa mengatakan, tindak kekerasan terhadap Amirulloh terbilang keji dan tidak mendidik.
"Pendidikan apa itu seperti itu ya? Masa dipukul-pukul juniornya ya kan kasihan. Gila itu Mas.
Amirulloh dikenal sopan dan baik di sini. Bahkan rajin bantu orangtuanya."
"Enggak pernah saya lihat anaknya bandel. Memang polisi perlu tuh usut tuntas. Kalau perlu pihak dari pemerintah hapuskan saja sekolah itu. Tutup! Biadab itu namanya Mas," ujar Hasan, tetangga Amirulloh.
Isak tangis keluarga semakin menjadi saat jasad Amirulloh dimasukkan ke keranda jenazah berbalut kain hijau, dan diangkat oleh sejumlah taruna STIP berseragam putih
Amirullah tewas setelah mendapat tindak kekerasan dari lima seniornya.
Dikatakan Amarulloh, sebelum sang adik tewas pada Rabu (11/1) dini hari, malam harinya yaitu Selasa (10/1) ia sempat memandangi foto adiknya saat berseragam lengkap.
"Ketemu sama dia (Amirulloh) itu di hari Minggu (8/1) lalu ya. Di situ, saya sama dia ngobrol-ngobrol terkait asramanya. Nah, Selasa malam sebelum saya tidur, sesaat saya pandangi foto adik saya terus.
Foto itu dia pakai seragam lengkap," ujar Amarulloh saat ditemui di rumahnya di Jalan Warakas III gang 16 RT 007/014 Kelurahan Warakas, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
"Itu Selasa malam, sebelum dia tewas. Nah jam 03.00 WIB dini hari saya mendapat kabar dari pihak STIP, kalau Amir sudah.. yah.. begitu lah," papar Amarulloh.
Seperti dilansir dari wartakota, seorang Taruna tingkat I di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP), Amirulloh Adityas Putra (18), tewas akibat mendapat tindak kekerasan dari sejumlah seniornya sendiri di Lantai II Gedung Dormitory Ring 4 Kamar M205 Jalan Marunda Makmur, Cilincing, Jakarta Utara, Selasa (10/1).
Amirulloh yang warga Jalan Warakas III Gang 16 RT 007/014 Kelurahan Warakas, Tanjung Priok, Jakarta Utara, itu dipukul di bagian dada, perut hingga ulu hati sampai tewas oleh senior di tingkat II.
Memar di perut
Saat bertemu sang adik, Amarulloh sempat mendapati perut adiknya memar ketika sang adik membuka baju.
"Sebelum kejadian ini, sempat saya melihat secara enggak sengaja perut dan dadanya (Amirulloh) memar dan seperti biru lebam gitu. Langsung saya tanya 'Itu kenapa kayak begitu'.
Dia jawab, 'Kalau mau ngambil organisasinya drum band ya harus begini' kata dia ke saya," kata Amarulloh.
"Saya kasihan melihat dia sebenarnya. Dia itu orangnya pendiam," ujar pria yang saat ini bersekolah di Akademi Maritim Indonesia (AMI).
Amarulloh mengaku shock. Menurut dia, sang adik sempat menceritakan kekesalannya terhadap salah satu seniornya yang berinisial I (Iswanto) yang kini sudah menjadi tersangka.
"Dia pernah cerita, katanya kesal sama seniornya yang berinisial I (Iswanto) dan sudah menjadi tersangka. Adik saya ini memang sering diisengin dan mendapat perlakuan tidak baik dari si I," ungkapnya.
Menangis histeris
Jenazah Amirulloh disalatkan di Mushola Baburahim yang lokasinya tepat di sebelah rumahnya sebelum dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Budhi Dharma Semper, Cilincing.
Di lokasi sejumlah taruna dari STIP nampak berdiri tegak dan bersiap untuk membawa jenazah ke TPU.
Kakak kembar Amirulloh, Amarullah, tampak memeluk keranda jenazah adiknya saat berada di mobil jenazah.
Amarullah begitu terpukul kehilangan saudara kembarnya.
Tak sedikit, tetangga menangis histeris akan kepergian Amirulloh. Bahkan teman-teman terdekat Amirulloh dari STIP turut serta hadir di rumah duka.
Beberapa mengatakan, tindak kekerasan terhadap Amirulloh terbilang keji dan tidak mendidik.
"Pendidikan apa itu seperti itu ya? Masa dipukul-pukul juniornya ya kan kasihan. Gila itu Mas.
Amirulloh dikenal sopan dan baik di sini. Bahkan rajin bantu orangtuanya."
"Enggak pernah saya lihat anaknya bandel. Memang polisi perlu tuh usut tuntas. Kalau perlu pihak dari pemerintah hapuskan saja sekolah itu. Tutup! Biadab itu namanya Mas," ujar Hasan, tetangga Amirulloh.
Isak tangis keluarga semakin menjadi saat jasad Amirulloh dimasukkan ke keranda jenazah berbalut kain hijau, dan diangkat oleh sejumlah taruna STIP berseragam putih
Sempat Memandangi Foto Adiknya, Tak Disangka Menjadi Pertanda Kematian Saudara Kembarnya
4/
5
Oleh
Unknown