Akhir-akhir ini banyak kalangan yang mempermasalahkan simbol bulan dan bintang yang telah lama banyak dipakai dalam berbagai kehidupan umat muslim. Yang lebih menyakitkan tuduhan itu bukan hanya berasal dari orientalis, tapi juga datang dari kaum muslim sendiri.
Mereka justru seakan membenarkan tuduhan para orientalis, bahwa Islam menyembah dewa bulan dan dewa bintang karena identik dengan simbol bulan dan bintang.
Padahal ajaran Islam jelas-jelas sangat membenci penyekutuan Allah SWT dengan berhala-berhala itu. Dan tidak ada kaitan sama sekali bulan bintang dalam Islam dengan bulan bintang yang diagungkan oleh kaum pagan.
Bulan dan bintang adalah makhluk yang diciptakan Allah SWT, bukan diciptakan oleh kaum pagan. Maka dari itu, Islam sebagai agama satu-satunya yang diridhoi Allah, tentunya muslimin lebih berhak untuk menggunakan simbol bulan dan bintang.
Asalkan itu ditujukan untuk kemashlahatan, dan bukan untuk disakralkan atau diagung-agungkan seperti para penyembah berhala. Seperti yang dilansir dari tandpagar berikut ini adalah 6 alasan baik, mengapa umat Islam menggunakan simbol bulan dan bintang.
Bukan berasal dari manusia, bahkan bulan dan bintang yang dalam bahasa Arab disebut al qomar dan an najm digunakan sebagai nama dalam surat Al Qur’an. Itu artinya bulan dan bintang punya banyak hikmah sebagai pelajaran bagi manusia.
Bulan dan bintang adalah makhluk Allah yang pada zaman dahulu adalah sesuatu yang menakjubkan dan tidak mungkin untuk digapai. Itu menunjukkan kebesaran Allah, sebagai pencipta alam semesta termasuk bulan dan bintang.
Bukan justru rasa takjub terhadap bulan dan bintang mengantar manusia kepada kekafiran dengan menjadikannya sebagai sesembahan.
Khusus untuk bulan sabit ada ayat yang menyebutnya, yakni dalam surat Al Baqarah ayat 189 yang artinya: “Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji;…”
Menjadikan bulan dan bintang sebagai simbol Islam memang bukan merupakan bagian dari syari’at Islam. Tidak ada dalil yang berkaitan dengan keharusan menggunakan simbol, bahkan simbol syahadah atau asma Allah pun tidak ada.
Namun simbol bulan dan bintang adalah hasil dari perjalanan peradaban umat Islam yang panjang. Simbol ini menjadi masif dan menjadi simbol resmi kekhilafahan Islam semenjak era dinasti Turki Utsmani.
Yang menggunakan pertama adalah sebuah institusi politik, dan politik adalah aktivitas muamalah dalam Islam. Artinya tidak ada larangan untuk menggunakan simbol bulan dan bintang selama tidak ada dalil langsung yang melarang.
Justru dengan semakin masifnya simbol bulan dan bintang ini lebih banyak kemashlahatan yang didapatkan. Yang paling utama adalah pemersatu dan identitas umat Islam.
Setelah masif digunakan sebagai simbol Islam, lalu banyak yang menafsirkan filosofi yang terkandung dari simbol bulan dan bintang. Namun sebenarnya filosofi aslinya tentu berasal dari pencetusnya, yakni sultan Muhammad II Al Fatih (ada juga yang menyebut ayahnya).
Bulan sabit melambangkan posisi tiga benua itu yang telah dikuasai Islam. Ujung yang satu menunjukkan benua Asia yang ada di Timur, ujung lainnya mewakili Afrika yang ada di bagian lain dan di tengahnya adalah Benua Eropa.
Sedangkan lambang bintang menunjukkan posisi ibu kota yang kemudian diberi nama Istambul yang bermakna: Kota Islam.
Berkembang juga filosofi lain, bulan sabit yang menjadi penanda waktu menuju bulan baru dalam Islam, bermakna bahwa umat Islam harus selalu memperbarui keadaan menjadi lebih baik.
Sedangkan bintang dengan lima bersudut lima, melambangkan rukun amalan mendasar dalam Islam ada lima, yakni syahadat, shalat, zakat, puasa, dan ibadah haji.
Mayoritas ulama dari zaman dahulu tidak ada yang mempermasalahkan dengan penggunaan simbol bulan dan bintang. Bahkan merelah yang memprakarasai masjid menggunakan menara denga ujung bulan bintang.
Hanya ulama muta’akhir saja di zaman ini yang malah ikut membenarkan fitnah dari kaum orientalis. Bahwa bulan dan bintang adalah berasal dari ajaran kaum pagan yang menyembang dewa bulan dan dewa bintang.
Walaupun kekhilafahan Turki Utsmani telah berakhir, namun simbol bulan bintang yang identik dengan Turki Utsmani tertanam kuat dalam akar budaya kaum muslim.
Turki Utsmani adalah kekhilafahan Islam yang tercatat memiliki wilayah terluas di antara kekhilafahan lain. Kejayaan paling tak terlupakan adalah ketika Khalifah Utsmaniyah berhasil menaklukan Konstantinopel yang merupakan jantung Eropa saat itu.
Sangat wajar jika banyak negara yang penduduknya beragama Islam saat ini menggunakan bulan dan bintang sebagai simbol negaranya.
Sebelum menjadi simbol negara, bahkan bulan bintang sudah jamak menjadi simbol dalam bangunan masjid. Padahal kita tahu bahwa kedudukan masjid begitu penting dalam agama Islam melebihi negara.
Islam bukan agama yang tertutup bagi pergaulan dunia. Islam sebagai rahmatan lil alamin hatus menjalin pergaulan dengan umat agama lain dalam spektrum ukhuwah insaniyah.
Dalam menjalin pergaulan itu, identitas Islam harus jelas agar tidak terjadi pengaburan. Selain identitas ideologis, identitas simbol menjadi penting sebagai penanda.
Karena simbol bulan dan bintang sudah mengakar kuat semenjak kekhilafah terakhir Islam, maka digunakan bulan bintang sebagai simbol dalam Islam.
Seperti halnya Kristen dengan salibnya, Yahudi dengan bintang davidnya, budha dengan telapak tangan. Namun dengan catatan, tidak mensakralkan bulan bintang sebagai doktrin, karena memang bulan bintang bukan berasal dari Qur’an dan Sunnah.
Bulan sabit selain sebagai identitas pembeda, juga untuk menyatukan berbagai negara Islam. Kita tahu bahwa dengan tidak adanya kekhilafahan, maka tidak ada lagi alat struktural untuk menyatukan.
Alat kultural menjadi pengganti yakni dengan simbol-simbol Islam seperti bulan, bintang, matahari, dan kalimat thoyyibah.
Organisasi kerja sama antar negara Islam (OKI) juga menggunakan simbol bulan sabit. Ada juga bulan sabit merah sebagai simbol organisasi kesehatan dan kemanusian bagi umat Islam.
Mereka justru seakan membenarkan tuduhan para orientalis, bahwa Islam menyembah dewa bulan dan dewa bintang karena identik dengan simbol bulan dan bintang.
Padahal ajaran Islam jelas-jelas sangat membenci penyekutuan Allah SWT dengan berhala-berhala itu. Dan tidak ada kaitan sama sekali bulan bintang dalam Islam dengan bulan bintang yang diagungkan oleh kaum pagan.
Bulan dan bintang adalah makhluk yang diciptakan Allah SWT, bukan diciptakan oleh kaum pagan. Maka dari itu, Islam sebagai agama satu-satunya yang diridhoi Allah, tentunya muslimin lebih berhak untuk menggunakan simbol bulan dan bintang.
Asalkan itu ditujukan untuk kemashlahatan, dan bukan untuk disakralkan atau diagung-agungkan seperti para penyembah berhala. Seperti yang dilansir dari tandpagar berikut ini adalah 6 alasan baik, mengapa umat Islam menggunakan simbol bulan dan bintang.
1. Sebagai Nama Surat dalam Al Qur’an
Bukan berasal dari manusia, bahkan bulan dan bintang yang dalam bahasa Arab disebut al qomar dan an najm digunakan sebagai nama dalam surat Al Qur’an. Itu artinya bulan dan bintang punya banyak hikmah sebagai pelajaran bagi manusia.
Bulan dan bintang adalah makhluk Allah yang pada zaman dahulu adalah sesuatu yang menakjubkan dan tidak mungkin untuk digapai. Itu menunjukkan kebesaran Allah, sebagai pencipta alam semesta termasuk bulan dan bintang.
Bukan justru rasa takjub terhadap bulan dan bintang mengantar manusia kepada kekafiran dengan menjadikannya sebagai sesembahan.
Khusus untuk bulan sabit ada ayat yang menyebutnya, yakni dalam surat Al Baqarah ayat 189 yang artinya: “Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji;…”
2. Bukan Syari’at, Namun Banyak Kemashlahatan
Menjadikan bulan dan bintang sebagai simbol Islam memang bukan merupakan bagian dari syari’at Islam. Tidak ada dalil yang berkaitan dengan keharusan menggunakan simbol, bahkan simbol syahadah atau asma Allah pun tidak ada.
Namun simbol bulan dan bintang adalah hasil dari perjalanan peradaban umat Islam yang panjang. Simbol ini menjadi masif dan menjadi simbol resmi kekhilafahan Islam semenjak era dinasti Turki Utsmani.
Yang menggunakan pertama adalah sebuah institusi politik, dan politik adalah aktivitas muamalah dalam Islam. Artinya tidak ada larangan untuk menggunakan simbol bulan dan bintang selama tidak ada dalil langsung yang melarang.
Justru dengan semakin masifnya simbol bulan dan bintang ini lebih banyak kemashlahatan yang didapatkan. Yang paling utama adalah pemersatu dan identitas umat Islam.
3. Dimaknai dengan Filosofi yang Mendalam
Setelah masif digunakan sebagai simbol Islam, lalu banyak yang menafsirkan filosofi yang terkandung dari simbol bulan dan bintang. Namun sebenarnya filosofi aslinya tentu berasal dari pencetusnya, yakni sultan Muhammad II Al Fatih (ada juga yang menyebut ayahnya).
Bulan sabit melambangkan posisi tiga benua itu yang telah dikuasai Islam. Ujung yang satu menunjukkan benua Asia yang ada di Timur, ujung lainnya mewakili Afrika yang ada di bagian lain dan di tengahnya adalah Benua Eropa.
Sedangkan lambang bintang menunjukkan posisi ibu kota yang kemudian diberi nama Istambul yang bermakna: Kota Islam.
Berkembang juga filosofi lain, bulan sabit yang menjadi penanda waktu menuju bulan baru dalam Islam, bermakna bahwa umat Islam harus selalu memperbarui keadaan menjadi lebih baik.
Sedangkan bintang dengan lima bersudut lima, melambangkan rukun amalan mendasar dalam Islam ada lima, yakni syahadat, shalat, zakat, puasa, dan ibadah haji.
4. Mayoritas Ulama Tidak Mempermasalahkan
Mayoritas ulama dari zaman dahulu tidak ada yang mempermasalahkan dengan penggunaan simbol bulan dan bintang. Bahkan merelah yang memprakarasai masjid menggunakan menara denga ujung bulan bintang.
Hanya ulama muta’akhir saja di zaman ini yang malah ikut membenarkan fitnah dari kaum orientalis. Bahwa bulan dan bintang adalah berasal dari ajaran kaum pagan yang menyembang dewa bulan dan dewa bintang.
5. Sebagai Bentuk Kebanggaan Terhadap Era Keemasan Islam
Walaupun kekhilafahan Turki Utsmani telah berakhir, namun simbol bulan bintang yang identik dengan Turki Utsmani tertanam kuat dalam akar budaya kaum muslim.
Turki Utsmani adalah kekhilafahan Islam yang tercatat memiliki wilayah terluas di antara kekhilafahan lain. Kejayaan paling tak terlupakan adalah ketika Khalifah Utsmaniyah berhasil menaklukan Konstantinopel yang merupakan jantung Eropa saat itu.
Sangat wajar jika banyak negara yang penduduknya beragama Islam saat ini menggunakan bulan dan bintang sebagai simbol negaranya.
Sebelum menjadi simbol negara, bahkan bulan bintang sudah jamak menjadi simbol dalam bangunan masjid. Padahal kita tahu bahwa kedudukan masjid begitu penting dalam agama Islam melebihi negara.
6. Sebagai Pembeda Sekaligus Pemersatu
Islam bukan agama yang tertutup bagi pergaulan dunia. Islam sebagai rahmatan lil alamin hatus menjalin pergaulan dengan umat agama lain dalam spektrum ukhuwah insaniyah.
Dalam menjalin pergaulan itu, identitas Islam harus jelas agar tidak terjadi pengaburan. Selain identitas ideologis, identitas simbol menjadi penting sebagai penanda.
Karena simbol bulan dan bintang sudah mengakar kuat semenjak kekhilafah terakhir Islam, maka digunakan bulan bintang sebagai simbol dalam Islam.
Seperti halnya Kristen dengan salibnya, Yahudi dengan bintang davidnya, budha dengan telapak tangan. Namun dengan catatan, tidak mensakralkan bulan bintang sebagai doktrin, karena memang bulan bintang bukan berasal dari Qur’an dan Sunnah.
Bulan sabit selain sebagai identitas pembeda, juga untuk menyatukan berbagai negara Islam. Kita tahu bahwa dengan tidak adanya kekhilafahan, maka tidak ada lagi alat struktural untuk menyatukan.
Alat kultural menjadi pengganti yakni dengan simbol-simbol Islam seperti bulan, bintang, matahari, dan kalimat thoyyibah.
Organisasi kerja sama antar negara Islam (OKI) juga menggunakan simbol bulan sabit. Ada juga bulan sabit merah sebagai simbol organisasi kesehatan dan kemanusian bagi umat Islam.
6 Alasan Mengapa Umat Islam Menggunakan Simbol Bulan dan Bintang
4/
5
Oleh
Unknown